Jl.Tanjung Pasir No. 02 Teluknaga, Tangerang eddystrada@gmail.com 0812-9802-2717 skypeid

Saturday, January 7, 2017

Tangkal Radikalisme, "Netizen" NU Kampanyekan #NUJagaNKRI

JAKARTA, KOMPAS.com - Maraknya penyebaran berita hoax, fitnah, dan ujaran kebencian berbasis agama di media sosial meresahkan sejumlah kalangan intelektual muda Nahdlatul Ulama (NU).

Mereka yang aktif di media sosial atau dikenal dengan istilah netizen NU, mulai menginisiasi sebuah gerakan untuk melawan fenomena tersebut.

Melalui akun Twitter dan Facebook pribadinya, netizen NU mengampanyekan isu-isu persatuan dan kebangsaan. Mereka juga menyertakan beragam tagar, seperti #TurnBackHoax, #BlokirSitusRadikal, atau #NUJagaNKRI.

Seminggu berjalan, tagar itu kerap menjadi trending topic di Twitter.

Salah seorang intelektual muda NU, Zuhairi Misrawi mengatakan, inisiatif netizen tersebut muncul karena adanya kekhawatiran suburnya radikalisme dan aksi intoleransi akibat penyebaran ujaran kebencian melalui media sosial.

Menurut dia, media sosial harus menjadi instrumen untuk menangkal radikalisme dengan menyebarkan pemikiran yang memperkuat persatuan dan toleransi di masyarakat.

"Teman-teman netizen NU tidak ingin Indonesia hancur seperti Irak, Suriah Turki, Mesir dan Yaman akibat dari munculnya hoax dan fitnah di masyarakat," ujar Zuhairi saat dihubungi, Kamis (5/1/2017).

Melalui akun Twitter-nya, Zuhairi mengajak seluruh warga NU untuk tidak mudah percaya informasi maupun berita yang tidak jelas sumbernya.

Selain itu dia kerap menulis soal nilai-nilai Islam yang memperkuat rasa nasionalisme dan kemanusiaan terhadap sesama.

NU sebagai salah satu organisasi Islam besar, kata Zuhairi, bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan bangsa Indonesia.

"NU dalam sejarahnya turut melahirkan Pancasila. Turut berjuang dalam kemerdekaan dan mengawal NKRI, maka NU bertanggung jawab untuk menjaga NKRI ini dengan pikiran-pikiram keislaman yang memperkuat kebangsaan dan menumbuhkan cita rasa kemanusiaan," tuturnya.

Zuhairi juga menegaskan bahwa NU akan menjadi organisasi terdepan dalam upaya menyelamatkan Indonesia dari perpecahan dan mendorong seluruh elemen bangsa untuk mewujudkan perdamaian.

"Kami akan terus menyampaikan suara-suara warga NU ke masyarakat terkait bagaimana menjaga negeri ini dan mengedepankan Islam yang ramah," ucapnya.

Edukasi masyarakat

Salah seorang netizen NU, Savic Ali mengatakan, kampanye kebangsaan melalui media sosial cukup efektif untuk mengedukasi masyarakat agar tidak mudah menyebarkan informasi yang cenderung sensitif dan provokatif.

Menurut Savic, para intelektual muda NU bisa memengaruhi pola pikir di komunitasnya masing-masing yang jumlahnya mencapai ratusan.

"Saya kira cukup efektif untuk menyadarkan banyak orang bahwa sekarang ini banyak hoax merajalela, agar lebih berhati-hati, agar tidak menerima begitu saja kalau dapat informasi yang sensitif atau provokatif," ujar Savic.


Savic mengatakan, saat ini generasi muda NU dituntut memiliki peran mendidik masyarakat dengan cara membanjiri media sosial dengan konten yang positif.

Upaya itu harus dilakukan secara konsisten mengingat dampak penyebaran hoax dan ujaran kebencian sudah semakin meluas.

"Edukasi itu penting karena banyak orang yang reaksioner kalau membaca berita yang provokatif dan belum tentu benar," tutur Savic.

"Sampai level menyadarkan orang itu sudah cukup penting karena hoax ini dampakya meluas. Saya kira harus banyak kelompok yang mulai menyuarakannya," kata dia.


0 komentar:

Post a Comment